Jumat, 22 Mei 2009

Penggusuran, manusiawikah ?

Penggusuran merupakan sebuah fenomena yang sangat umum di daerah perkotaan. Head line surat kabar sering kali dihiasi oleh proses penggusuran yang dilakukan oleh Satpol PP bersama dengan aparat yang lain. Di Surabaya, penggusuran memang menjadi sebuah fenomena yang sangat biasa, orang tidak akan kaget lagi kalau mendengar kabar tentang adanya komplek pedagang kaki lima yang digusur, ataupun kompleks pemukiman penduduk yang digusur.
Berita paling gress tentang penggusuran yang terjadi di Surabaya adalah proses penggusuran yang terjadi di daerah Stren Kali Jagir. Setelah selama berpuluh-puluh tahun mereka tinggal di daerah tersebut, tiba-tiba tanggal 4 Mei 2009 kemaren aparat dengan membawa perlengkapan alat berat datang untuk meratakan tempat tersebut dengan tanah.
Perlawanan yang dilakukan oleh warga tidak mampu untuk membendung laskar hijau (karena menurut saya seragam yang dipakai oleh Satpol PP berwarna hijau, jadi saya sebut saja laskar hijau, kan ada laskar yang lain juga, laskar kuning, etc) yang berusaha untuk merobohkan tempat tinggal mereka.
Setelah itu bisa ditebak sendiri, mantan warga stren kali Jagir yang semula punya tempat tinggal dan punya pekerjaan, akhirnya mereka harus kehilangan semuanya itu. Belum lagi dengan anak-anak mereka yang sebelum penggusuran punya sekolah dan punya teman sekolah, akhirnya harus kehilangan teman sekolah dan mungkin harus pindah sekolah ke sekolah yang lain. Tidak tahu, apakah setelah penggusuran tersebut orang tua mereka masih punya kemampuan untuk menyekolahkan anaknya atau tidak ?

KENAPA ADA PENGGUSURAN ?
Penggusuran memang sebuah pilihan yang sulit, baik untuk pemerintah, apalagi untuk warga yang tergusur. Dari kasus-kasus yang ada, penggusuran terjadi karena ada beberapa warga yang menempati tempat yang tidak seharusnya, seperti daerah pinggiran sungai yang terjadi di stren kali Jagir.
Tapi, lagi-lagi rakyat jadi korban beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Dari beberapa informasi yang didapat, ternyata banyak warga yang tinggal di daerah yang tidak semestinya tersebut dulunya tidak mendapatkan tempat tersebut dengan gratis, merekapun harus beli, dengan harga yang terkadang juga lumayan tinggi, bahkan di beberapa tempat tanah "ilegal" tersebut juga dilengkapi dengan surat-surat, meskipun suratnya-pun ilegal.
Alhasil, ketika ada penggusuran banyak warga yang menentang, bahkan ada yang sampai "Toh Pati", sampai mati, atau setengah mati membela "Hak" (versi) mereka.

ANTARA MANUSIAWI DAN PRESTASI
Penggusuran mungkin dan 99 % menurut saya akan tetap berlangsung selama dunia ini masih ada dan perlawanan terhadap penggusuran juga pastinya akan selalu ada ketika penggusuran masih tetap dijalankan. Di satu sisi, pemerintah mengejar "PRESTASI" dengan membersihkan kawasannya dari daerah-daerah kumuh dan daerah ilegal yang tidak sesuai peruntukannya, di sisi yang lain, masyarakat membutuhkan tempat tinggal dan banyak dari mereka yang tidak mempunyai kemampuan yang akhirnya tidak mempunyai pilihan, kecuali menempati lahan-lahan kosong yang memang tidak diperuntukkan sebagai lokasi tempat tinggal.
Kalau bicara masalah manusiawi, tentu tidak manusiawi
, menggusur orang dan menjadikan mereka tuna wisma, ditambah lagi ada kelakukan beberapa orang yang melebihi batas (Ingat kasus bayi yang mati akibat penggusuran di daerah Menur, Surabaya), tapi tentu saja kajian tidak hanya selesai pada batas manusiawi saja, tapi harus sampai ke tahapan maslahat atau kebaikan untuk kedua belah pihak.

Terus pertanyaan yang muncul ?????
Salah Siapa Kok Sampai Ada Penggusuran ????

Tidak ada pihak yang perlu untuk disalahkan, karena "mungkin" (versi saya, pasti) keduanya sama-sama bersalah.
Pemerintah bersalah karena mereka belum mampu untuk menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang makmur, mampu secara ekonomi, mampu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, termasuk kebutuhan akan tempat tinggal, karena memang amanat "Pembangunan" bagi pemerintah adalah menjadikan rakyat sejahtera dan berkecupan.
Masyarakat juga salah, karena mereka menempati lahan yang tidak semestinya.

Terus, Gimana Solusinya ???
Solusi merupakan "PR" (Coba pikirkan) bagi semua pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat sehingga penggusuran tidak akan terjadi lagi, atau minimal akan berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar